Sunday, 31 July 2016

Pembelajaran

Pembelajaran Berpusat pada Siswa

Pembelajaran Berpusat pada Siswa (Student Centerd Learning)

    Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam mempersiapkan generasi muda bangsa agar mampu menghadapi dan mengatasi segala macam akibat dari adanya perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam lingkungan sekitarnya. Berbagai upaya terus dilakukan untuk pembaruan sistem pendidikan agar lebih terarah, serasi, dan relevan dengan tuntutan kebutuhan yang terus berkembang. Pembaruan sistem pendidikan terus dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah, pemerintah mulai menerapkan kurikulum yang menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif dalam membangun pengetahuan, sikap dan perilaku. Guru hanya sebagai fasilitator dalam proses belajar. Pada pembelajaran ini bukan lagi berfokus pada guru (Teacher Centered Learning) akan tetapi menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered Learning).
    Proses Pembelajaran yang berpusat pada siswa (Student Centered Learning), maka siswa memperoleh kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga mereka akan memperoleh pemahaman yang mendalam yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu kualitas siswa. Melalui penerapan pembelajaran yang berpusat pada siswa, maka siswa diharapkan dapat berpartisipasi secara aktif, selalu ditantang untuk memiliki daya kritis, mampu menganalisa dan dapat memecahkan masalahnya sendiri.
Pada kenyataannya guru masih menggunakan paradigma lama, guru mendominasi jalannya proses pembelajaran (Teacher Centered Learning) dan siswa dikondisikan pasif menerima pengetahuan. Jika hal ini dilakukan secara terus menerus, maka kondisi pembelajaran di dalam kelas tidak dapat berkembang. Karena siswa tidak dapat mengemukakan pendapatnya ketika menghadapi suatu permasalahan. Dalam pembelajaran seharusnya siswa diarahkan untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan berbagai masalah.
    Salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa adalah dengan memilih model pembelajaran yang dapat memacu siswa secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya. Salah satu model yang dapat diterapkan adalah model Problem Based Learning (PBL). Model PBL dapat membuat siswa aktif dan mampu mengoptimalkan kemampuan berpikir mereka, tidak hanya pasif dalam menerima penjelasan yang disampaikan guru. Dalam model PBL siswa dituntut secara aktif mengembangkan kemampuan berpikir mereka untuk merumuskan masalah dan mencari solusi dalam pemecahan masalahnya, sehingga dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis mereka.
    Dalam proses PBL, kegiatan yang dilakukan oleh guru adalah menghadirkan permasalahan dunia nyata di dalam kelas yang tentunya berkaitan dengan materi atau indikator yang akan dicapai, sehingga siswa akan terlibat langsung dalam memecahkan masalah yang ada dengan menggunakan keterampilan serta pengalaman yang dimiliki oleh masing-masing siswa. Permasalahan dalam pendekatan ini menjadi komponen yang sangat penting, karena tema-tema permasalahan yang dirancang harus mencakup semua tuntutan kurikulum (Barrow dan Myers dalam Mukhlis, dkk. 2005: 13). Peran guru dalam proses ini adalah memacu siswa untuk berpikir kritis dalam memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada.PBL dikembangkan terutama untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah dan keterampilan intelektual, belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri (Nurhadi, dkk. 2004: 58).
    Riyanto (2009: 285) menyatakan “PBL adalah suatu model pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, belajar secara mandiri, dan menuntut keterampilan berpartisipasi dalam tim”. Masalah menjadi poin penting dalam model PBL. Diterapkannya model PBL diyakini dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah berupa soal transaksi-transaksi yang ada di perusahaan, yaitu melalui perumusan masalah, bertanya dan menjawab pertanyaan, melakukan diskusi, menghargai orang lain, melakukan kredibilitas (menganalisis, mensintensis, dan menilai secara kritis) sumber informasi, melakukan observasi, mengambil keputusan, dan mengevaluasi hasil laporannya.
    Pada sisi lain Lesson Study merupakan suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun learning community (Siddik: 2013). Lesson Study bukan suatu metode pembelajaran atau strategi pembelajaran, tetapi dalam kegiatan Lesson Study dapat memilih dan menerapkan berbagai metode/trategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi pendidik. Lesson Study dapat merupakan suatu kegiatan pembelajaran dari sejumlah guru dan pakar pembelajaran yang mencakup 3 (tiga) tahap kegiatan, yaitu perencanaan (planning), implementasi (action) pembelajaran dan observasi serta refleksi (reflection) terhadap perencanaan dan implementasi pembelajaran tersebut, dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran (Siddik: 2013).
    Lesson Study dipilih dan diimplementasikan karena beberapa alasan. Pertama, Lesson Study merupakan suatu cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas belajar siswa. Hal ini karena (1) pengembangan lesson study dilakukan dan didasarkan pada hasil “sharing” pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktik dan hasil pengajaran yang dilaksanakan para guru, (2) penekanan mendasar pada pelaksanaan suatu Lesson Study adalah agar para siswa memiliki kualitas belajar, (3) kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa, dijadikan fokus dan titik perhatian utama dalam pembelajaran di kelas, (4) berdasarkan pengalaman real di kelas, lesson study mampu menjadi landasan bagi pengembangan pembelajaran, dan (5) Lesson Study akan menempatkan peran para guru sebagai peneliti pembelajaran (Lewis, 2002 dalam Siddik, 2013). Kedua, Lesson Study yang didesain dengan baik akan menjadikan guru yang profesional dan inovatif. Dengan melaksanakan Lesson Study para guru dapat (1) menentukan kompetensi yang perlu dimiliki siswa, merencanakan dan melaksanakan pembelajaran (lesson) yang efektif; (2) mengkaji dan meningkatkan pelajaran yang bermanfaat bagi siswa; (3) memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran yang disajikan para guru; (4) menentukan standar kompetensi yang akan dicapai para siswa; (5) merencanakan pelajaran secara kolaboratif; (6) mengkaji secara teliti belajar dan perilaku siswa; (7) mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang dapat diandalkan; dan (8) melakukan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya berdasarkan pandangan siswa dan koleganya (Lewis, 2002 dalam Siddik, 2013). Dengan melaksanakan lesson study aktivitas belajar siswa dalam belajar menjadi lebih kondusif dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Lesson study merupakan suatu cara yang efektif yang dapat meningkatkan kualitas mengajar guru dan pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa.

History

Prosedur Kebijakan The Fed dalam Perspektif Historis
Sejarah Perkembangan Bank Sentral Indonesia dan Pengaruh Suku Bunga di Indonesia
Sejarah Perkembangan Bank Sentral Inggris dan Pengaruh Suku Bunga
Suku Bunga di Australia dan Bank Sentral Australia
Suku Bunga di Malaysia dan Pengaruhnya dalam Perekonomian
Bank Indonesia: Sejarah Perkembangan
Tokoh Ekonomi Mazhab Austria

Pebankan

Makalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Prosedur Kebijakan The Fed dalam Perspektif Historis
Bank Indonesia: Sejarah Perkembangan
Bank Indonesia
Bank Indonesia: Tiga Pilar Utama
Bank Indonesia: Manajemen Intern
Strategi Bank Sentral dalam Penggunaan Target dan Memilih Target
Bank Indonesia: Kebijakan Moneter
Dewan Gubernur Bank Indonesia
Bank Indonesia: Hubungan Kelembagaan

Moneter

Asal Usul Kebijakan Moneter Inflasioner
Bank Indonesia: Kebijakan Moneter
Giro Wajib Minimum (Reserve Requirements)
Kebijakan Discount
Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operations)
Pandangan Para Ahli tentang Inflasi
Pengaruh Suku Bunga di Indonesia
Pengertian Inflasi dan Hubungan Inflasi dengan Uang
Perdebatan Kebijakan Aktivis/Non Aktivis
Perkembangan Bank Sentral Inggris dan Pengaruh Suku Bunga
Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia dan Beberapa Negara
Prosedur Kebijakan The Fed dalam Perspektif Historis
Sejarah Perkembangan Bank Sentral Indonesia dan Sejarah
Suku Bunga di Australia dan Bank Sentral Australia Suku Bunga di Malaysia dan Pengaruhnya dalam Perekonomian
The Tools of Monetary Policy
Tujuan Kebijakan Moneter oleh The Fed dan Bank Sentral lain

Saturday, 30 July 2016

Tokoh Ekonomi Mazhab Austria

Tokoh Ekonomi Mazhab Austria
Pengikut Menger Mempromosikan Gagasan Mazhab Austria
Eugen Bӧhm-Bahwerk dan Friedrich Wieser adalah murid dari Menger yang menyebarluaskan  Gagasan Austria, diantaranya yaitu karya Menger yang berupa law of imputation, analisis marginal, dan teori subjektif.

Wieser: Pencipta Istilah
    Friedrich von Wieser (1851-1926) lahir di Vienna, ayahnya adalah seorang jenderal Austria. Wieser diangkat menjadi professor di Universitas Vienna pada tahun 1884 dan dia dianggap sebagai pengajar terbaik oleh mahasiswanya. Di tahun 1903, dia menggantikan Menger sebagai ketua jurusan ekonomi. Bukunya yang terkenal, Social Economics (1927[1914]), menlanjutkan pendekatan subjektivis Menger dan menjadi teks standar di universitas tersebut selama beberapa tahun.
    Wieser adalah pencipta istilah baru, seperti “utilitas marginal, biaya peluang, dan perencanaan ekonomi”.  Dia lebih memusatkan perhatiannya pada individu kreatif dalam ekonomi, seperti inventor, pionir, dan entrepreneur. “Führer” (pemimpin atau panglima) adalah kata kesukaannya dan membuat dia bersimpati dengan fasisme nasional Jerman. Dia juga menulis tentang manfaat dari ekonomi yang direncanakan secara terpusat, sebuah pendekatan yang tidak popular di kalangan Amerika yang umumnya menganut laissez faire (khususnya Ludwig von Mises).

Karir Cemerlang Böhm-Bawerk
Böhm-Bawerk membawa pengaruh yang sangat besar, dia mampu membawa Austria ke arah baru,, khususnya di bidang teori pertumbuhan ekonomi dan kapital.
 






    Böhm lahir di Bruno, Austria pada 1851, sebagai anak bungsu dari pegawai negeri Austria dan wakil gubernur. Dia mendapat gelar doctor hukum di Universitas Vienna pada 1875. Kemudian dii tahun 1880 dia diangkat menjadi professor di Universitas Innsbruck dan menikahi adik sahabat karibnya, Friedrich Wieser. Karya tulisnya yakni Capital and Interest terbit tahun 1884 dan The PositiveTheory of Capital, diterjemahkan ke bahasa Inggris dan dipublikasikan oleh Macmillan pada 1891. Reputasinya sebagai pemimpin baru aliran neoklasik meningkat cepat sehingga menjadikannya diangkat sebagai Menteri Keuangan Austria.
    Tahun 1896, kritik-kritiknya terhadap Marx diterbitkan dan diberi judul Karl Marx and the Close of His System. Namun di tahun 1904 Böhm meninggalkan jabatannya dan beralih sebagai professor di Universitas Vienna. Kuliah dan seminarnya mampu menarik perhatian mahasiswa, termasuk Ludwig von Mises, Friedrich Hayek, dan Joseph Schumpeter yang kelak menjadi ekonom terkemuka. Böhm-Bawerk terkenal sebagai sosok penulis yang sangat kritis, kontroversial, sederhana, dan lembut. Dia penganut liberalis, pendukung perdagangan bebas, skema jaringan pengaman social, dan kesejahteraan bagi kelas buruh.
    Böhm-bawerk dan istrinya tidak pernah dikaruniai anak. Dia meninggal pada tahun 1914 di usia 63 tahun sebelum Perang Dunia I. Karenanya dia tidak pernah menyaksikan jatuhnya Kekaisaran Austro-Hungaria yang besar.

Siapa Gambar Ekonom yang Ada di Mata Uang Resmi?
Bukan Adam Smith, Karl Marx, atau Keynes. Ia adalah Eugene Böhm-Bawerk.
    Karena keahlian ekonominya yang hebat, Böhm-Bawerk diangkat menjadi menkeu tiga kali—pada 1893, 1896-97, dan 1990-04—dan berperan penting dalam menata kondisi keuangan Austria. Dia sangat berhasil dalam menjalankan tugasnya sehingga fotonya dimasukkan pada uang kertas 100 schilling Austria.

Ilustrasi 7.1 Uang kertas 100 Schilling Austria
Apa orang Austria kenal siapa orang ini?
 
Lelaki yang Menjawab Marx
    Böhm-Bawerk adalah ekonom pertama yang membahas Marx secara serius dengan kritik-kritiknya yang pedas sehingga melunturkan pengaruh Marxisme dalam ilmu ekonomi (seperti sosiologi, sejarah, dan teori sastra). Dia memperkenalkan kritiknya dalam karya klasik, Capital and Interest (1989a [1884]) yang mengulas tuntas mengenai sejarah teori bunga sejak masa purba, teori eksploitasi Rodbertus, Proudhon, Marx, dan sosialis lainnya. Selain itu, dengan bersandar pada karya Menger dia juga memberikan kontribusi penting dan orisinal dalam teori tabungan dan investasi, capital dan bunga, serta pertumbuhan ekonomi.

Dua Argumen Böhm Utama yang Menenggelamkan Argumen Marx
    Dalam Bab 6 telah dijelaskan bahwa teori nilai surplus Marx menyatakan bahwa buruh seharusnya menerima nilai penuh dari produk yang mereka hasilkan. Sedangkan pemilik tanah mendapatkan sewa dan kapitalis yang mendapatkan profit dan bunga dan merampas hasil kerja buruh. Namun Böhm-Bawerk membantah pernyataan tersebut.
    Böhm berpendapat tentang sebuah momen “menunggu” yang bersandar pada teori bunga yang ditahan (abstinence theory of interest), sebuah konsep yang dikembangkan oleh Nassau Senior. Pengusaha, kapitalis, investor, dan pemilik tanah harus menunggu untuk memperoleh sejumlah profit. Pengusaha harus menunggu hasil produksinya dibeli konsumen untuk mendapatkan keuntungan. Pemilik tanah yang mengembangkan lahannya harus menunggu bertahun-tahun sebelum mereka mendapatkan kembali uang yang mereka investasikan.
    Tetapi bagaimana dengan buruh/tenaga kerja? Seperti yang telah diungkapkan Böhm-Bawerk, “pekerja tidak bisa menunggu … mereka terus tergantung pada orang-orang yang sudah mempunyai produk intermediate, atau kapitalis” (1959b:83). Para buruh melakukan pekerjaan tertentu dan mendapatkan upah secara periodic tanpa merisaukan apakah produk mereka telah terjual atau belum, tak peduli akan pembayaran rekening, utang investasi, atau perubahan pasar. Mereka mendapat bayaran dengan lancar, dengan asumsi majikan mereka jujur dan mampu. Dalam kenyataannya pemilik modal memang selalu membayarkan upah dimuka sebelum produknya terjual. Karena itu, kata Böhm-Bawerk, pekerja dibayar dengan nilai atau produk mereka yang telah dipotong (discounted), sedangkan bunga dan profit kembali ke kantong kapitalis.

Kapitalis sebagai Pengambil Resiko
    Böhm-Bawerk memberi sumbangan penting lain. Kapitalis bisnis mengambil resiko sedangkan pekerja tidak. Level resiko pekerja lebih kecil dibanding resiko pengusaha-kapitalis. Pengusaha bisnis mungkin harus menanggung keruntuhan financial, utang yang banyak, dan bahkan kebangkrutan. Akan tetapi pasar mampu mengimbangi resiko dari pengusaha-kapitalis melalui laba dan bunga yang diberikan berdasarkan bagian yang signifikan dari nilai produknya.
    Pekerja yang disewa tidak dibayar senilai produk yang mereka hasilkan, melainkan hanya sebagian dari nilai produk itu yang dirasa sepadan dengan kepuasan mereka dalam bentuk upah dan juga sepadan dengan resiko yang ditanggungnya.

Böhm-Bawerk Memperkenalkan Teori Kapitalis Non-Marxis
    Satu pandangan Marx yang disetujui oleh Böhm-Bawerk adalah bahwa focus utama kapitalisme seharusnya adalah pada capital (modal), karena menjadi kunci untuk mewujudkan pandangan dunia Adam Smith tentang kemakmuran universal dan mencapai standar hidup yang lebih tinggi.
    Böhm-Bawerk menciptakan babak baru dalam teori ekonomi dengan berfokus pada teori positif tentang perkembangan kapital yang tertuang dalam karyanya yang terbit di tahun 1884 dengan judul The Positive Theory of Capital. Buku tersebut kemudian diterbitkan dalam bahasa inggris pada 1890 di London oleh Macmillan dan di New York (oleh G.E. Stechart), dan menjadi buku pengantar yang popular untuk memahami teori kapitalis non-marxis.

Kunci untuk Pertumbuhan Ekonomi
    Böhm-Bawerk berusaha membuktikan bahwa kelas pekerja bisa memperoleh upah diatas subsisten, dan ini bertentangan dengan ramalan muram dari Ricardo, Malthus, dan Marx. Böhm menunjukkan bahwa kerja sederhana atau kerja keras belum cukup untuk memenuhi standar hidup yang lebih baik tanpa dibarengi dengan menabung/berinvestasi. Mazhab Austria menekankan peran kritis dari tabungan dan investasi yang dianggap sebagai elemen penting dalam meningkatkan perekonomian. Namun dalam sejarah ekonomi modern, nilai penghematan mendapat banyak serangan—dari Hobson dan penganut underconsumptionist, Keynes, dan aliran deficit permintaan, dan Samuelson dan teoritisi-penghematan.
    Dalam menjustifikasi akan perlunya tabungan dan investasi, Böhm mengawali teorinya dengan diskusi tentang fungsi dari capital sebagai alat produksi. Tujuan dari semua produksi adalah menyediakan barang yang memuaskan keinginan, yakni, barang konsumen atau barang urutan pertama.

Böhm-Bawerk Menggunakan Contoh yang Sederhana Namun Kuat
    Seorang petani membutuhkan air untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Akan tetapi, sumber air berada jauh dari rumahnya sehingga menyulitkannya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Adakah cara lain yang lebih mudah? Ya. Dia bisa membangun pipa untuk mengalirkan air ke rumahnya. Tentu saja dibutuhkan pengorbanan untuk membangun pipa tersebut, seperti biaya, alat, waktu, tenaga, dan teknologi agar dapat terselesaikan. Böhm menyebutnya ini sebagai metode produksi “tak langsung” atau “melingkar”. Hal ini jelas menunjukkan bahwa berinvestasi dalam barang capital (modal) akan menghasilkan produktivitas yang lebih besar dan meningkatkan standar hidup.
    Böhm-Bawerk meneliti tiga kasus untuk mendukung tesisnya. Pertama, misalkan individu-individu di suatu Negara tidak punya tabungan bersih yang melebihi pembayaran untuk depresiasi seperti biaya perawatan rumah, alat, dan perlengkapannya. Akibatnya, Negara itu hanya “akan menjaga kapitalnya saja”. Kedua, misalkan  individu mulai menabung 25% dari pendapatannya maka dapat mengubah proses produksi dimana permintaan konsumen akan suatu barang pada mulanya akan menurun, tetapi penurunan ini akan diimbangi dengan kenaikan dalam permintaan untuk barang modal yang dapat berguna bagi peningkatkan konsumsi barang di masa depan.
    Ketiga, warga suatu Negara dapat melakukan konsumsi lebih besar dari pendapatannya, tabungannya. Mereka membelanjakan simpanan kekayaannya sehingga mengakibatkan hilangnya capital di Negara mereka dan pada akhirnya dapat menurunkan standar hidup.

Böhm-Bawerk Membela Tabungan dari Serangan Kritikus
    Tak lama setelah Böhm-Bawerk menerbitkan The Positive Theory of Capital, kaum sosialis mulai mengkritik tesisnya. Pada 1900-01 dalam publikasi annals milik American of Political and Social Science, L.G. Bustedo dan Böhm saling berbantah argument tentang peran tabungan. Bustedo mengatakan bahwa lebih banyak menabung hanya akan menurunkan daya beli umum sehingga akan membuat  modal tidak terpakai dan mengurangi produksi. Menurutnya, solusi yg lebih baik yakni menaikkan permintaan barang konsumsi sebagai cara untuk mendorong produksi capital.
    Böhm-Bawerk merespon dengan argumen bahwa untuk merintangi konsumsi dalam kenyataannya pasti akan segera mengurangi produksi yang proporsional, maka tabungan tidak akan menambah apapun pada akumulasi kekayaan masyarakat. Argumennya sama seperti penilaian Bastiat, yakni dengan melihat efek dari kebijakan pada semua sector. Menurutnya, tabungan  hanya akan menurunkan produksi tertentu melalui hukum penawaran dan permintaan., bukan penurunan produksi barang secara umum.

Ringkasan: Menger, Böhm-Bawerk, dan Mazhab Austria Merevitalisasi Model Pertumbuhan Ekonomi
    Ringkasnya mazhab Austria muncul tepat pada waktunya untuk menyelamatkan model Adam Smith dan David Ricardo dari kritik Marx dan sosialis yang merusak. Melalui teori permintaan akhir, nilai subjektif, utilitas marginal dan teori capital, mazhab Austria member napas intelektual baru bagi kapitalisme sebagai system ideal.