Saturday, 23 July 2016

Pandangan Para Ahli tentang Inflasi

Kini setelah kita memahami apa yang dimaksud oleh proposisi Friedman, kita bisa menggunakan analisis penawaran dan permintaan agregat untuk menunjukkan bahwa gerakan tingkat harga ke atas yang besar dan terus-menerus (inflasi tinggi) dapat terjadi hanya jika terdapat sebuah peningkatan penawaran uang beredar yang terus-menerus.
2.2.1 Pandangan Ahli Moneter
Pertama, melihat dari hasil pertumbuhan uang beredar yang terus-menerus (lihat Figur 2). Pada awalnya, perekonomian berada di titik 1, dengan output pada tingkat alamiah dan tingkat harga pada P1 (perpotongan kurva permintaan agregat AD1 dan kurva penawaran agregat jangka pendek AS1). Jika uang beredar meningkat secara perlahan-lahan selama tahun berjalan, kurva permintaan agregat akan bergeser ke kanan ke AD2. Pada mulanya, untuk waktu yang sangat singkat, perekonomian bisa jadi akan bergerak ke titik 1’ dan output bisa jadi akan meningkat diatas tingkat alamiah ke Y’, tetapi penurunan pengangguran yang dihasilkan dibawah tingkat alamiah akan menyebabkan upah mengalami kenaikan, dan kurva penawaran agregat dengan cepat akan bergeser ke arah kiri. Kurva ini akan berhenti bergeser hanya ketika kurva ini mencapai AS2, dimana perekonomian telah kembali ke tingkat output alamiah pada kurva penawaran agregat jangka panjang. Pada keseimbangan yang baru, titik 2, tingkat harga meningkat dari P1 ke P2.
Jika uang beredar meningkat di tahun berikutnya, kurva permintaan agregat akan bergerak kembali ke arah kanan ke AD3, dan kurva penawaran agregat akan bergeser dari AS2 ke AS3; perekonomian kemudian akan bergerak ke titik 2’ dan kemudian ke 3, dimana tingkat harga telah naik ke P3. Jika uang beredar terus tumbuh dalam tahun-tahun berikutnya, perekonomian akan terus bergerak ke tingkat harga yang semakin tinggi dan semakin tinggi. Selama uang beredar tumbuh, proses ini akan berlanjut, dan inflasi akan terjadi. Pertumbuhan uang yang tinggi mengakibatkan inflasi yang tinggi.



FIGUR 2 Respons terhadap Uang Beredar yang Terus Meningkat
Kenaikan uang beredar secara terus-menerus menggeser kurva permintaan agregat bergeser ke kanan dari AD1 ke AD2 ke AD3 ke AD4, sedangkan kurva penawaran agregat jangka pendek bergeser ke kiri dari AS1 ke AS2 ke AS3 dan ke AS4. Hasilnya adalah bahwa tingkat harga meningkat terus-menerus dari P1 ke P2 ke P3 ke P4.

Dalam analisa ahli moneter, penawaran uang dipandang sebagai satu-satunya sumber pergeseran kurva permintaan agregat, sehingga, tidak ada hal lain yang bisa menggerakkan perekonomian dari titik 1 ke 2 ke 3 dan seterusnya. Analisis ahli moneter mengindikasikan bahwa inflasi yang cepat pastilah digerakkan oleh pertumbuhan penawaran uang yang tinggi.
2.2.2 Pandangan Keynesian
Analisis Keynesian mengindikasikan bahwa kenaikan uang beredar yang terus-menerus akan memiliki pengaruh yang sama terhadap kurva permintaan dan penawaran agregat seperti yang telah kita lihat dalam Bagan 2: Kurva permintaan agregat akan tetap bergeser ke kanan, dan kurva penawaran agregat akan tetap bergeser ke kiri. Kesimpulannya juga sama seperti yang dicapai oleh para ahli moneter: uang beredar yang tumbuh dengan cepat akan menyebabkan tingkat harga mengalami kenaikan terus-menerus pada tingkat yang tinggi, sehingga mengakibatkan terjadinya inflasi.
Keynesian memungkinkan adanya faktor lain selain perubahan dalam uang beredar (seperti misalnya kebijakan fiskal dan guncangan penawaran) untuk mempengaruhi kurva permintaan dan penawaran agregat. Untuk melihat mengapa Keynesian juga memandang inflasi tinggi sebagai sebuah fenomena moneter, mari kita periksa apakah analisis mereka memungkinkan faktor-faktor lain untuk mengakibatkan terjadinya inflasi tinggi dengan tidak adanya tingkat pertumbuhan uang yang tinggi.

FIGUR 3 Respons terhadap Kenaikan Pengeluaran Pemerintah Satu Kali yang Permanen



Kenaikan pengeluaran pemerintah satu kali yang permanen menggeser kurva permintaan aggregat dari AD1 ke AD2, menggerakkan ekonomi dari titik 1 ke titik 1’. Karena output sekarang melebihi tingkat alamiah Yn, kurva penawaran aggregat jangka pendek bergeser ke kiri ke AS2, dan tingkat harga naik dari P1 ke P2, peningkatan satu kali permanen tetapi  bukan merupakan kenaikan yang terus-menerus.




Pada Gambar 3, yang menunjukkan pengaruh sebuah kenaikan (satu kali) dalam pengeluaran pemerintah (katakanlah, dari $500 milyar menjadi $600 milyar) terhadap output agregat dan tingkat harga. Pada awalnya, kita berada di titik 1, dimana output berada di tingkat alamiah dan tingkat harga adalah P. Kenaikan dalam pengeluaran pemerintah menggeser kurva permintaan agregat ke AD2, dan kita akan bergerak ke titik 1’, dimana output ada diatas level tingkat natural di Y1. Kurva penawaran agregat juga akan bergeser ke kiri, pada akhirnya mencapai AS2, dimana kurva ini berpotongan dengan kurva permintaan agregat AD2 pada titik 2, dimana output sekali lagi berada di tingkat alamiah dan tingkat harga telah naik ke P2.
Hasil bersih dari sebuah kenaikan satu kali yang permanen dalam pengeluaran pemerintah ini adalah sebuah kenaikan satu kali yang permanen dalam hal level harga. Apa yang terjadi dengan tingkat inflasi? Ketika kita bergerak dari titik 1 ke 1’ ke 2, level harga mengalami kenaikan, dan kita memiliki tingkat inflasi positif. Tapi ketika pada akhirnya kita berhenti di titik 2, tingkat inflasi kembali ke nol. Kita melihat bahwa kenaikan satu kali dalam pengeluaran pemerintah mengarah pada sebuah kenaikan tingkat inflasi sementara, bukan sebuah inflasi dimana tingkat harga terus menerus mengalami kenaikan.
Jika, pengeluaran pemerintah mengalami kenaikan secara terus-menerus, kita bisa saja mendapatkan kenaikan yang terus-menerus pula dalam tingkat harga. Tampaknya bahwa analisa Keynesian dapat menolak proposisi Friedman bahwa inflasi selalu merupakan akibat dari pertumbuhan uang. Permasalahan dengan argumen ini adalah bahwa tingkat pengeluaran pemerintah yang terus meningkat bukanlah sebuah kebijakan yang mungkin terjadi. Terdapat sebuah batasan dalam total jumlah pengeluaran pemerintah; pemerintah tidak bisa menghabiskan lebih dari 100% GDP. Bahkan, sebelum batas ini dicapai, proses politik akan menghentikan kenaikan dalam pengeluaran pemerintah. Seperti yang diungkapkan dalam perdebatan yang selanjutnya dalam tubuh Kongres mengenai anggaran yang seimbang dan pengeluaran pemerintah, baik publik maupun politisi memiliki tingkat target pengeluaran pemerintah yang mereka anggap pantas; meski demikian penyimpangan kecil dari tingkat ini masih bisa ditoleransi, namun penyimpangan yang besar tidak akan bisa ditoleransi. Persepsi masyarakat dan politik memberikan batasan-batasan yang ketat mengenai tingkatan dimana pengeluaran pemerintah dapat dinaikkan.
Bagaimana dengan sisi lain kebijakan fiskal – pajak? Bisakah pemotongan pajak yang terus-menerus mengakibatkan sebuah inflasi? Analisa dalam Figur 3 juga mendeskripsikan harga dan respon output terhadap penurunan satu kali  dalam pajak. Akan terdapat kenaikan satu kali dalam tingkat harga, tapi kenaikan dalam tingkat inflasi hanya akan bersifat sementara. Kita bisa menaikkan tingkat harga dengan jalan memotong pajak lebih jauh lagi, tapi proses ini akan harus berhenti pada akhirnya – ketika pajak mencapai nol, mereka tidak bisa dikurangi lebih banyak lagi. Kita harus menyimpulkan, bahwa inflasi yang tinggi bukan didorong oleh kebijakan fiskal sendiri.
•    Bisakah Fenomena Sisi Penawaran Sendiri Mengakibatkan Inflasi?
Karena guncangan penawaran dan upaya para pekerja untuk meningkatkan upah mereka dapat menggeser kurva penawaran agregat ke arah kiri, kita mungkin curiga bahwa fenomena sisi penawaran ini dengan sendirinya dapat mendorong inflasi. Sekali lagi, kita bisa menunjukkan bahwa kecurigaan ini tidak terbukti benar.
    Seandainya terdapat sebuah penawaran yang mengejutkan negatif – misalnya, embargo minyak – menaikkan harga minyak (atau pekerja bisa dengan sukses mendorong kenaikan upah mereka). Seperti yang ditampilkan dalam Figur 4, guncangan penawaran negatif menggeser kurva penawaran agregat dari AS1 ke AS2. Jika uang beredar tetap tidak berubah, meninggalkan kurva permintaan agregat tetap di AD1, maka kita akan bessrgerak ke titik 1’, dimana output Y1 berada dibawah tingkat alamiah dan tingkat harga P1’ lebih tinggi. Kurva penawaran agregat tidak akan bergeser kembali ke AS1, karena pengangguran diatas tingkat natural, dan perekonomian meluncur turun dalam AD1 dari titik 1’ ke 1. Hasil bersih dari guncangan penawaran adalah bahwa kita akan kembali ke titik pengerjaan penuh pada tingkat harga awal, dan tidak ada inflasi yang terus-menerus. Guncangan penawaran negatif lainnya yang sekali lagi menggeser kurva penawaran agregat ke arah kiri akan mengarah pada hasil yang sama: Level harga akan naik secara temporer, tapi inflasi tidak akan terjadi. Kesimpulan yang bisa kita capai adalah sebagai berikut: Fenomena sisi penawaran bukan merupakan sumber inflasi yang tinggi.

No comments:

Post a Comment