Teori Pertumbuhan Ekonomi
Dalam sejarah pemikiran ekonomi, ahli-ahli ekonomi yang membahas tentang proses pertumbuhan ekonomi dapat dikelompokkan menjadi empat aliran yaitu aliran klasik, neo-klasik, Schumpeter, dan post Keynesian. Ahli ekonomi yang lahir antara abad delapan belas dan permulaan abad kedua puluh ini, lazim digolongkan sebagai aliran/kaum Klasik. Aliran/kaum klasik ini dibedakan ke dalam dua golongan, yaitu: aliran Klasik dan aliran Neo-Klasik. Dari kedua golongan ahli-ahli ekonomi Klasik dan Neo-Klasik, sebagian besar menumpahkan perhatiannya pada analisis sifat-sifat kegiatan masyarakat dalam jangka pendek, hanya sedikit sekali yang menganalisis mengenai masalah pertumbuhan ekonomi. Kurangnya perhatian kedua golongan tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi disebabkan terutama oleh pandangan mereka yang diwarisi dari pendapat Adam Smith, yang berkeyakinan bahwa mekanisme pasar akan menciptakan suatu perekonomian berfungsi secara efisien.
Menurut Schumpeter, perkembangan ekonomi bukan merupakan proses yang harmonis ataupun gradual, melainkan merupakan perubahan yang spontan dan terputus-putus. Selanjutnya menurut Schumpeter, perkembangan selanjutnya itu tidak bersifat gradual, tetapi mengandung ketidaktentuan dan risiko yang besar, sehingga tidak dapat diperhitungkan terlebih dahulu dan ini menyebabkan timbulnya keragu-raguan dalam mengembangkan usaha lebih lanjut. Menurut Schumpeter, faktor terpenting untuk perkembangan ekonomi adalah wiraswasta (entrepreneur). Karena mereka adalah orang-orang yang mengambil inisiatif untuk berkembangnya produksi nasional.
Ahli-ahli Post-Keynesian mencoba mengembangkan teori pertumbuhan Keynes. Pada hakikatnya teori tersebut dikembangkan oleh dua ahli ekonomi secara sendiri-sendiri, namun karena inti dari teori tersebut adalah sama, maka sekarang dikenal sebagai teori Harrod-Domar. Teori Harrod-Domar pada hakikatnya menganalisis mengenai persoalan-persoalan tentang: syarat-syarat apakah atau keadaan yang bagaimanakah yang harus tercipta dalam perekonomian untuk menjamin agar dari masa ke masa kesanggupan memproduksi yang selalu bertambah, sebagai akibat dari penanaman modal akan selalu sepenuhnya digunakan.
Tahap-tahap Pembangunan Ekonomi
Ada beberapa ahli yang memaparkan teori tentang tahap-tahap pembangunan ekonomi yaitu Fredrich List, Bruno Hilderbrand, Karl Bucher dan W.W Rostow. Fredrich List adalah seorang penganut paham Laissez faire. Ia berpendapat bahwa paham Laissez faire dapat menjamin alokasi sumber-sumber secara optimal, meskipun ia menghendaki adanya proteksi bagi industri-industri yang masih lemah. Menurut List, perkembangan ekonomi hanya akan terjadi apabila dalam masyarakat terdapat kebebasan dalam organisasi politik dan kebebasan perseorangan. Ia menyusun tahap-tahap perkembangan ekonomi di mulai dari: fase primitif biadab, fase pertanian, fase pertanian dan pabrik, pabrik dan perdagangan.
Bruno Hilderbrand mengemukakan bahwa tahap-tahap pembangunan ekonomi itu menjadi 3 tahap yaitu: perekonomian barter atau perekonomian natural, perekonomian uang, dan perekonomian kredit.
Menurut Karl Bucher, perkembangan ekonomi melalui tiga tingkat atau tahap yaitu: produksi untuk kebutuhan sendiri, perekonomian kota dan perekonomian nasional, di mana peranan pedagang-pedagang tampak makin penting. Menurut tahap ketiga ini, bahwa barang-barang itu diproduksi untuk pasar bukan untuk kepentingan sendiri.
Tahap-tahap pembangunan ekonomi menurut Rostow dikelompok-kan menjadi: masyarakat tradisional, prasyarat lepas landas, lepas landas, menuju kematangan dan konsumsi berlebih.
Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi Walt Whitman Rostow
Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi ini diklasifikan sebagai teori modernisasi. Artikel Walt Whitman Rostow yang dimuat dalam Economics Journal pada Maret 1956 berjudul The Take-Off Into Self-Sustained Growth pada awalnya memuat ide sederhana bahwa transformasi ekonomi setiap negara dapat ditelisik dari aspek sejarah pertumbuhan ekonominya hanya dalam tiga tahap: tahap prekondisi tinggal landas (yang membutuhkan waktu berabad-abad lamanya), tahap tinggal landas (20-30 tahun), dan tahap kemandirian ekonomi yang terjadi secara terus-menerus.
Walt Whitman Rostow kemudian mengembangkan ide tentang perspektif identifikasi dimensi ekonomi tersebut menjadi lima tahap kategori dalam bukunya The Stages of Economic Growth: A Non-Communist Manifesto yang diterbitkan pada tahun 1960. Ia meluncurkan teorinya sebagai ‘sebuah manifesto anti-komunis’ sebagaimana tertulis dalam bentuk subjudul. Rostow menjadikan teorinya sebagai alternatif bagi teori Karl Marx mengenai sejarah modern. Fokusnya pada peningkatan pendapatan per kapita, Buku itu kemudian mengalami pengembangan dan variasi pada tahun 1978 dan 1980.
Rostow pulalah yang membuat distingsi antara sektor tradisional dan sektor kapitalis modern. Frasa-frasa ini terkenal dengan terminologi ‘less developed’, untuk menyebut kondisi suatu negara yang masih mengandalkan sektor tradisional, dan terminologi ’more developed’ untuk menyebut kondisi suatu negara yang sudah mencapai tahap industrialisasi dengan mengandalkan sektor kapitalis modern.
Dalam hal prekondisi untuk meningkatkan ekonomi suatu negara, penekanannya terdapat pada keseluruhan proses di mana masyarakat berkembang dari suatu tahap ke tahap yang lain. Tahap-tahap yang berbeda ini ditujukan untuk mengidentifikasi variabel-variabel kritis atau strategis yang dianggap mengangkat kondisi-kondisi yang cukup dan perlu untuk perubahan dan transisi menuju tahapan baru yang berkualitas. Teori ini secara mendasar bersifat unilinear dan universal, serta dianggap bersifat permanen.
Pembangunan, dalam arti proses, diartikan sebagai modernisasi yakni pergerakan dari masyarakat pertanian berbudaya tradisional ke arah ekonomi yang berfokus pada rasional, industri, dan jasa. Untuk menekankan sifat alami ‘pembangunan’ sebagai sebuah proses, Rostow menggunakan analogi dari sebuah pesawat terbang yang bergerak sepanjang lintasan terbang hingga pesawat itu dapat lepas landas dan kemudian melayang di angkasa.
Pembangunan, dalam arti tujuan, dianggap sebagai kondisi suatu negara yang ditandai dengan adanya: a) kemampuan konsumsi yang besar pada sebagian besar masyarakat, b) sebagian besar non-pertanian, dan c) sangat berbasis perkotaan.
Sebagai bagian teori modernisasi, teori ini mengkonsepsikan pembangunan sebagai modernisasi yang dicapai dengan mengikuti model kesuksesan Barat. Para pakar ekonomi menganggap bahwa teori tahap-tahap pertumbuhan ekonomi ini merupakan contoh terbaik dari apa yang diistilahkan sebagai ‘teori modernisasi’.
Tahap-Tahap Linear Pertumbuhan Ekonomi Rostow
Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi yang linear (mono-economic approach) inilah yang menjadi syarat pembangunan untuk mencapai ‘status lebih maju’. Rostow membagi proses pembangunan ke dalam lima tahapan yaitu:
1. Tahap masyarakat tradisional (the traditional society), dengan karakteristiknya:
Pertanian padat tenaga kerja;
Belum mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi (era Newton);
Ekonomi mata pencaharian;
Hasil-hasil tidak disimpan atau diperdagangkan; dan
Adanya sistem barter.
2. Tahap pembentukan prasyarat tinggal landas (the preconditions for takeoff),
yang ditandai dengan:
Pendirian industri-industri pertambangan;
Peningkatan penggunaan modal dalam pertanian;
Perlunya pendanaan asing;
Tabungan dan investasi meningkat;
Terdapat lembaga dan organisasi tingkat nasional;
Adanya elit-elit baru;
Perubahan seringkali dipicu oleh gangguan dari luar.
3. Tahap tinggal landas (the take-off), yaitu ditandai dengan:
Industrialisasi meningkat;
Tabungan dan investasi semakin meningkat;
Peningkatan pertumbuhan regional;
Tenaga kerja di sektor pertanian menurun;
Stimulus ekonomi berupa revolusi politik,
Inovasi teknologi,
Perubahan ekonomi internasional,
Laju investasi dan tabungan meningkat 5 – 10 persen dari
Pendapatan nasional,
Sektor usaha pengolahan (manufaktur),
Pengaturan kelembagaan (misalnya sistem perbankan).
4. Tahap pergerakan menuju kematangan ekonomi (the drive to maturity), ciri-cirinya:
Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan;
Diversifikasi industri;
Penggunaan teknologi secara meluas;
Pembangunan di sektor-sektor baru;
Investasi dan tabungan meningkat 10 – 20 persen dari pendapatan nasional.
5. Tahap era konsumsi-massal tingkat tinggi (the age of high mass-consumption) dengan:
Proporsi ketenagakerjaan yang tinggi di bidang jasa;
Meluasnya konsumsi atas barang-barang yang tahan lama dan jasa;
Peningkatan atas belanja jasa-jasa kemakmuran
Latar Belakang
Selama hampir setengah abad, perhatian utama masyarakat perekonomian dunia tertuju pada cara-cara untuk mempercepat tingkat pertumbuhan pendapatan nasional. Para ekonom dan politisi dari semua negara, baik negara-negara kaya maupun miskin, yang menganut sistem kapitalis, sosialis maupun campuran, semuanya sangat mendambakan dan menomorsatukan pertumbuhan ekonomi (economic growth). Pada setiap akhir tahun, masing-masing negara selalu mengumpulkan data-data statistiknya yang berkenaan dengan tingkat pertumbuhan GNP relatifnya, dan dengan penuh harap mereka menantikan munculnya angka-angka pertumbuhan yang membesarkan hati. “Pengejaran pertumbuhan” merupakan tema sentral dalam kehidupan ekonomi semua negara di dunia dewasa ini. Seperti kita telah ketahui, berhasil-tidaknya program-program pembangunan di negara-negara dunia ketiga sering dinilai berdasarkan tinggi-rendahnya tingkat pertumbuhan output dan pendapatan nasional.
Mengingat konsep pertumbuhan ekonomi sebagai tolok ukur penilaian pertumbuhan ekonomi nasional sudah terlanjur diyakini serta diterapkan secara luas, maka kita tidak boleh ketinggalan dan mau tidak mau juga harus berusaha mempelajari hakekat dan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi tersebut. Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output per kapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan. Sedangkan pembangunan ekonomi ialah usaha meningkatkan pendapatan per kapita dengan jalan mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, peningkatan ketrampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen.
2. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi pokok permasalahn dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Apa pengertian pertumbuhan ekonomi?
2. Apa saja factor-faktor apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi?
3. Bagai mana pertumbuhan ekonomi menurut teori Joseph Schumpeter?
4. Bagai mana pertumbuhan ekonomi menurut teori Harrod Dan Domar?
5. Bagai mana pertumbuhan ekonomi menurut teori Neo-Klasik?
3. Tujuan
Tujuan utama pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salasatu tugas kelompok mata kulia Pembangunan Ekonomi, selain dari itu dengan adanya makalah ini maka akan menambah pengatahuan dan wawasan teman-teman mahasiswa, dan tujuan yang terakhir adalah untuk di persentasikan atau di diskusikan bersama teman-teman mahasiswa.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Faktor Sumber Daya Manusia, Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.
Faktor Sumber Daya Alam, Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.
Faktor Budaya, Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya.
Sumber Daya Modal, Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan produktivitas.
3. Teori Pertumbuhan Ekonomi Joseph Schumpeter
Menurut Joseph Schumpeter pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada inovasi dari para pengusaha (wiraswasta). Dalam hal ini, inovasi merupakan penerapan pengetahuan dan teknologi yang baru di dunia usaha. Inovasi memiliki pengaruh sebagai berikut:
1) Diperkenalkannya teknologi baru.
2) Menimbulkan keuntungan yang lebih tinggi.
3) Menimbulkan imitasi inovasi, yaitu peniruan teknologi baru oleh pengusaha-pengusaha lain yang dapat meningkatkan hasil produksi.
Pada dasarnya pelaku ekonomi dipandangnya sebagai makhluk yang terus melakukan inovasi-inovasi dalam memajukan siklus perekonomian itu sendiri. Namun inovasi itu sendiri sangatlah sarat dengan sifat instabilitas.
Dalam memahami pemikiran Schumpeter, maka satu poin penting yang harus dipahami adalah konsep creative destruction. Creative destruction pada dasarnya merujuk kepada usaha dalam memecahkan berbagai halangan guna mencapai inovasi dan kemajuan, di mana kemajuan ini kemudian dirujukkan oleh Schumpeter ke dalam pengembangan teknologi itu sendiri. Apabila menuangkan diagram pemikiran Schumpeter, maka baginya siklus ekonomi adalah siklus yang selalu berputar karena dorongan pembangunan dan tidak pernah sampai pada satu titik keseimbangan tertentu. Ekonomi akan bergerak melalui tahap resesi dan booming. Jika inovasi belum membuahkan hasil, ekonomi akan mengalami resesi, sebaliknya jika inovasi sudah berjalan dengan baik, akibat didorong oleh injeksi kapital dari sistem perbankan, ekonomi akan bergerak ke arah optimis. Begitu seterusnya, sehingga sistem ekonomi kapitalis pada dasarnya akan bergerak dari resesi (burst) ke optmisis (boom).
Diagram pemikiran Schumpeter itu kemudian menunjukkan bagaimana uang dan perbankan memiliki peran yang sangat sentral dalam perekonomian. Namun Schumpeter tetap menekankan peran perbankan sebagai faktor pendukung dari kegiatan ekonomi utama yaitu yang bergerak di sektor riil. Schumpeter berusaha mengembangkan ide bagaimana inovasi tidak seharusnya berkembang pada sektor finansial, hal ini disebabkan inovasi serta pembangunan pada sektor finansial hanya mengandalkan spekulasi-spekulasi yang dapat menjatuhkan serta menghancurkan perekonomian itu sendiri. Apabila sektor finansial mengalami kehancuran, maka dampaknya akan terasa secara langsung oleh sektor riil karena inovasi-inovasi yang membutuhkan suntikan dana dari perbankan akan terhambat, sehingga perekonomian pun akan merasakan dampaknya.
Kemajuan teknologi (technological progress) bagi kebanyakan ekonom merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang paling penting. Dalam pengertiannya yang paling sederhana, kemajuan teknologi terjadi karena ditemukannya cara baru atau perbaikan atas cara-cara lama dalam menangani pekerjaan-pekerjaan tradisional seperti kegiatan menanam jagung, membuat pakaian, atau membangun rumah. Kita mengenal tiga klasifikasi kemajuan teknologi, yaitu: kemajuan teknologi yang bersifat netral (neutral technological progress), kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor-saving technological progress), dan kemajuan teknologi yang hemat modal (capital-saving technological progress).
Kemajuan teknologi yang netral (neutral technolohical progress) terjadi apabila teknologi tersebut memungkinkan kita mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi dengan menggunakan jumlah dan kombinasi faktor input yang sama. Inovasi yang sederhana, seperti pembagian tenaga kerja (semacam spesialisasi) yang dapat mendorong peningkatan output dan kenaikan konsumsi masyarakat adalah contohnya. Sementara itu, kemajuan teknologi dapat berlangsung sedemikian rupa sehingga menghemat pemakaian modal atau tenaga kerja (artinya, penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memperoleh output yang lebih tinggi dari jumlah input tenaga kerja atau modal yang sama). Penggunaan komputer, mesin tekstil otomatis, bor listrik berkecepatan tinggi, traktor dan mesin pembajak tanah, dan banyak lagi jenios mesin serta peralatan modern lainnya, dapat diklasifikasikan sebagai kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja (labor-saving technological progress). Sedangkan kemajuan teknologi hemat modal (capital-saving technological progress) merupakan fenomena yang langka.
Hal ini dikarenakan hamper semua penelitian dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan di Negara-negara maju dengan tujuan utama menghemat pekerja, dan bukan menghemat modal. Di Negara-negara dunia ketiga yang berlimpah tenaga kerja tetapi langka modal, kemajuan teknologi hemat modal merupakan sesuatu yang paling diperlukan. Kemajuan teknologi juga dapat meningkatkan modal atau tenaga kerja. Kemajaun teknologi yang meningkatkan pekerja (labor-augmenting technological progress) terjadi apabila penerapan teknologi tersebut mampu meningkatkan mutu atau ketrampilan angkatan kerja secara umum. Misalnya, dengan menggunakan videotape, televise, dan media komunikasi elektronik lainnya di dalam kelas, proses belajar bias lebih lancar sehingga tingkat penyerapan bahan pelajaran juga menjadi lebih baik. Demikian pula halnya dengan kemajuan teknologi yang meningkatkan modal (capital-augmenting technological progress). jenis kemajuan ini terjadi jika penggunaan teknologi tersebut memungkinkan kita memanfaatkan barang modal yang ada secara lebih produktif. Misalnya, penggunaan bajak kayu dengan bajak baja dalam produksi pertanian.
4. Teori Pertumbuhan Ekonomi Harrod Dan Domar
Teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar merupakan teori pertumbuhan yang berdasarkan pada pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju, teori itu merupakan perkembangan langsung teori ekonomi makro Keynes yang merupakan teori jangka pendek yang kemudian menjadi teori jangka panjang. Pada model Harrod-Domar peranan investasi sangat penting. Dalam jangka panjang investasi mempunyai pengaruh ganda. Di satu sisi investasi mempengaruhi permintaan agregat di sisi lain investasi juga mempengaruhi kapasitas produksi nasional dengan menambahkan stok modal yang tersedia. Harrod menyimpulkan agar suatu ekonomi nasional selalu tumbuh dengan kapasitas produksi penuh yang disebutnya sebagai pertumbuhan ekonomi yang mantap (steady-state growth), efek permintaan yang ditimbulkan dari penambahan investasi harus selalu diimbangi oleh efek penawarannya tanpa terkecuali. Tetapi investasi dilakukan oleh pengusaha yang mempunyai pengharapan yang tidak selalu sama dari waktu ke waktu, karena itu keseimbangan ekonomi jangka panjang yang mantap hanya dapat dicapai secara mantap pula apabila pengharapan para pengusaha stabil dan kemungkinan terjadinya hal itu sangat kecil, seperti yang dikemukakan oleh Joan Robinson (golden age).
Harrod juga mengemukakan bahwa sekali keseimbangan itu terganggu, maka gangguan itu akan mendorong ekonomi nasional menuju ke arah depresi atau inflasi sekular. Karena itu Harrod melambangkan keseimbangan ekonomi tersebut sebagai keseimbangan mata pisau, mudah sekali tergelincir dan sekali tergelincir semuanya akan menjadi hancur (jadi keseimbangan yang tidak stabil).
Teori pertumbuhan ekonomi Domar hampir mirip dengan teori Harrod walaupun ada beberapa perbedaan yang mendasar pula antara kedua teori itu. Perbedaan itu khususnya menyangkut mengenai tiadanya fungsi investasi pada model Domar, sehingga investasi yang sebenarnya tidak ditentukan di dalam teorinya. Karena itu kesulitan pencapaian keseimbangan ekonomi jangka panjang yang mantap bagi Harrod, disebabkan oleh sulitnya kesamaan v dan vr atau laju pertumbuhan yang disyaratkan dengan laju pertumbuhan natural, sedang bagi Domar kesulitan itu timbul karena adanya kecenderungan masyarakat untuk melakukan investasi yang relatif terlalu rendah (underinvestment).
Dalam konsep ICOR, investasi adalah total dari pembentukan modal tetap dan stok barang yang terdiri atas gedung, mesin dan perlengkapan, kendaraan, stok bahan baku dan sebagainya. Nilai dalam investasi terdiri dari :
a) Pembelian barang modal baru.
b) Pembuatan/perbaikan besar barang yang sifatnya menambah umur atau meningkatkan kemampuan.
c) Penjualan barang modal bekas.
d) Perubahan stok.
Konsep COR ada 2, yaitu average capital-output ratio (ACOR) dan incremental capital-output ratio (lCOR). ACOR menunjukkan hubungan antara stok modal yang ada dan aliran output lancar yang dihasilkan. ICOR menunjukkan; perbandingan antara kenaikan tertentu pada stok modal (delta K) dan kenaikan Output atau pendapatan (delta Y). Besamya COR tergantung pada teknik produksi yang digunakan. Pada sektor yang teknik produksinya bersifat padat modal, COR-nya akan tinggi. Sebaliknya, sektor dengan teknik produksi padat karya, COR-nya akan rendah. Sektor-sektor seperti transportasi, telekomunikasi, perhubungan, perumahan, dan industri barang modal akan mempunyai COR sektoral yang relatif tinggi. Nilai COR yang tinggi pada sektor-sektor tersebut disebabkan oleh modal besar yang dibutuhkan untuk menghasilkan setiap output yang diinginkan. Dengan kata lain, sektor-sektor tersebut merupakan sektor yang menggunakan teknik produksi yang bersifat lebih padat modal dibandingkan sektor-sektor lainnya.
5. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik
Sebagai suatu perluasan dari Teori Keynes, teori Harrod-Domar melihat persoalan pertumbuhan itu dari segi permintaan. Pertumbuhan ekonomi hanya akan berlaku apabila pengeluaran agregat -- melalui kenaikan investasi -- bertambah secara terus–menerus pada tingkat pertumbuhan yang ditentukan (tingkat pertumbuhan itu dinamakan tingkat pertumbuhan yang perlu dijamin atau warranted rate of growth). Teori pertumbuhan Neo Klasik melihat dari sudut pandangan yang berbeda, yaitu dari segi penawaran. Menurut teori ini, yang dikembangkan oleh Abramovits dan Solow -- seorang akademisi yang pernah mengajar di MIT dan juga seorang pemenang hadiah nobel -- pertumbuhan ekonomi bergantung kepada perkembangan faktor – faktor produksi. Dalam persamaan, pandangan ini dapat dinyatakan dengan persamaan :
?Y = f(?K, ?L, ?T)
Dimana :
?Y adalah tingkat pertumbuhan ekonomi
?K adalah tingkat pertambahan barang modal
?T adalah tingkat pertambahan teknologi
Analisis Solow selanjutnya membentuk formula matematik untuk persamaan itu dan seterusnya membuat pembuktian secara matematik untuk menunjukkan kesimpulan berikut :
g = m.?K + b.?L + ?T
dimana g adalah tingkat/persentasi pertumbuhan ekonomi, m adalah produktivitas modal marginal dan b adalah produktivitas marginal tenaga kerja. Persamaan itu pada hakikatnya menyatakan : tingkat pertumbuhan ekonomi tergantung kepada : (1) pertambahan modal dan produktivitas modal marginal, (2) pertambahan tenaga kerja dan produktivitas tenaga kerja marginal, (3) perkembangan teknologi.
Untuk memberi gambaran mengenai penggunaan rumus tersebut dalam menentukan pertumbuhan ekonomi, perhatikan contoh berikut :
Misalkan : m= 0,25 (artinya setiap 1000 rupiah pertambahan modal menghasilkan 250 rupiah pertambahan pendapatan nasional), b = 0,75 (artinya setiap tambahan tenaga kerja menghasilkan 75 persen dari tingkat produksi pertambahan tenaga kerja) dan perkembangan produktivitas sebagai akibat perkembangan teknologi adalah 5 persen. Pertambahan barang modal dan tenaga kerja masing – masing adalah 10 persen dan 2 persen. Dengan demikian tingkat pertumbuhan ekonomi adalah :
g = 0,25(10) +0,75(2) + 5
g = 9 persen
angka di atas menunjukkan pertumbuhan ekonomi mencapai 9 persen, dan penyebabnya adalah : 5% diciptakan oleh perkembangan teknologi, 2,5 persen disebabkan oleh pertambahan barang modal dan 1,5 persen disebabkan pertambahan tenaga kerja.
Sumbangan terpenting dari Teori Pertumbuhan Neo-Klasik bukanlah dalam menunjukkan faktor – faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, tetapi kemungkinan menggunakan teori tersebut untuk mengadakan penyelidikan empiris untuk menentukan peranan sebenarnya dari berbagai faktor dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Dalam penyelidikan mereka Abramovits dan Solow menunjukkan pertumbuhan ekonomi Amerika terutama disebabkan oleh perkembangan teknologi; diantara 80 hingga 90 persen dari pertumbuhan ekonomi Amerika diantara pertengahan Abad XIX dan XX disebabkan oleh perkembangan teknologi.
Setelah itu beberapa ahli ekonomi lain melakukan penyelidikan yang sama sifatnya. Salah satu studi yang terkenal adalah yang dilakukan oleh Denison, yang menganalisis factor yang mengakibatkan perkembangan di Negara maju diantara tahun 1950-1962. Kesimpulan studi tersebut adalah : pertambahan barang – banarang modal hanya menciptakan 25 persen dari pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, 18 persen dari pertumbuhan ekonomi di eropa Barat dan 21 persen dari pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Inggris.
Ø Mazhab Neo-Klasik
Teori-teori yang dikembangkan oleh marx dan engels mendapat banyak tanggapan dari pakar-pakar ekonomi, Baik dari kaum sosialis maupun dari pendukug sistem liberalkapitalisme. Pemikiran-pemikiran ekonomi dari para pakar pendukung system liberal ini kemudian dimasukkan kedalam suatu kelompok pemikiran ekonomi tersendiri yang disebut mazhab neo-klasik.
Karena analisis yang dibuat marx untuk meramal kejatuhan system kapitalis bertitik tolak dari teori nilai kerja dan tingkat upah,maka para pakarar neo klasik mempelajari teori-teori tersebut secara mendalam.dari sekian banyak pakar-pakar neo klasik .paling kurang ada empat orang yang melakukan penelitia tentang hal yang sama,yaitu W.stanley jesons(1835-1882)Leon walras (1837-1910),carl menger (1840-1921) dan Alfred marshall(1842-1942).
Walaupun mereka melakukan peneliian secara terpisah, tetapi dari hasil penelitian masing-masing mereka mengemukakan tentang hal yang sama:bahwa teori nilai lebih(surplus value) marx tidak mampu menjelaskan secara tepat tentang nilai komoditas.teori marx tersebut tidak memberikan sumbangan apa-apa dalam perkembangan teori ekonomi dank arena itu dapat diabaikan.
Ø Pendekatan Marjinal
Beberapa penulis ekonomi menyebut apa yang sudah dilakukan oleh para pakar ekonomi neo-klasik tersebut sebagai marginal revolution, sebab telah ditemukan suatu analisis baru yaitu pendekatan marginal.analisis marginal pada intinya pengaplikasian kulkulus diferensial terhadap tingkah laku konsumen dan prudusen serta penentuan harga-harga dipasar. Sejak terjadinya marginal revolution trsebut pembahasn ekonomi semakin bersifat mikro.
Konsep marginal ini sering diakui sebagai kontribusi utama dari aliran atau mazhab Austria.tetapi jika ditelusuri kebelakang ternyata teori ini telah cukup lama dikembangkan oleh pengarang terdahulu, tepatnya oleh Heindrich Gossen telah lama menggunakan konsep marginal dalam menjelaskan kepuasan atau kaidah (utility) dari pengkonsumsian sejenis barang. Menurut Gossen faedah tambahan (marginal utility) dari pengkonsumsian suatu macam barang akan semakin turun jika barang yang sama dikonsumsi semakin banyak. Pernyataan ini kemudian dijadikan semacam dalil , dan lebih dikenal sebagai “ hukum Gossen pertama”. Dalam hukum Gossen kedua menjelaskan bahwa sumber daya dan dana yang tersedia selalu terbatas secara relative untuk memenuhi bebagai kebutuhan yang relative tak terbatas adanya.
Dengan adanya kendala ini maka kepuasaan maksimum yang bisa diperoleh sesuai dengan keterbatasan sumber daya dan dana tersebut terjadi pada saat faedah marginal sama untuk tiap barang yang dikonsumsi dengan syarat semua sumber daya dan dana terpakai habis seluruhnya. Pada teori Gossen tersebut tidak mendapat perhatian dari para pakar ekonomi.
6. Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, ada 4 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta tingkat teknologi yang digunakan. Dalam teori pertumbuhan mereka, dimisalkan luas tanah dan kekayaan alam adalah tetap jumlahnya dan tingkat teknologi tidak mengalami perubahan.
Berdasarkan kepada teori pertumbuhan ekonomi klasik yang baru diterangkan, dikemukakan suatu teori yang menjelaskan perkaitan di antara pendapatan per kapita dan jumlah penduduk. Teori tersebut dinamakan teori penduduk optimum. Teori pertumbuhan klasik dapat dilihat bahwa apabila terdapat kekurangan penduduk, produksi marjinal adalah lebih tinggi daripada pendapatan per kapita. Akan tetapi apabila penduduk semakin banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi, yaitu produksi marjinal akan mulai mengalami penurunan. Oleh karenanya pendapatan nasional dan pendapatan per kapita menjadi semakin lambat pertumbuhannya.
Ø Teori pertumbuhan ekonomi menurut Adam Smith
“An Inquiry into the nature and causes of the wealth of the nation”, teorinya yang dibuat dengan teori the invisible hands (Teori tangan-tangan gaib)
Teori Pertumbuhan ekonomi Adam Smith ditandai oleh dua faktor yang saling berkaitan :
1. Pertumbuhan penduduk
2. Pertumbuhan output total
Pertumbuhan output yang akan dicapai dipengaruhi oleh 3 komponen berikut ini.
1. sumber-sumber alam
2. tenaga kerja (pertumbuhan penduduk
3. jumlah persediaan
Ø Teori pertumbuhan ekonomi David Ricardo dan T.R Malthus
Menurut David Ricardo faktor pertumbuhan penduduk yang semakin besar hingga menjadi dua kali lipat pada suatu saat akan menyebabkan jumlah tenaga kerja melimpah. Pendapat Ricardo ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Thomas Robert Malthus, menyatakan bahwa makanan (hasil produksi) akan bertambah menurut deret hitung (satu, dua, dan seterusnya). Sedangkan penduduk akan bertambah menurut deret ukur (satu, dua, empat , delapan, enam belas, dan seterusnya) sehingga pada saat perekonomian akan berada pada taraf subisten atau kemandegan.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pertumbuhan Ekonomi di setiap negara berbeda - beda tergantung dari tingkat pendapatan per kapita suatu negara tersebut dan tergantung dari berapa besar pendapatan / penghasilan dari penduudknya. Jika pendapatan Negara itu tinggi maka pertumbuhan ekonominya juga cepat tetapi sebaliknya jika pendapatan suatu negara itu di bawah rata – rata maka pertumbuhna ekonominya juga rendah.
Beberapa ahli ekonomi mengemukakan pertumbuhan ekonomi dengan persepsi yang berbeda – beda. Seperti pada alitan klasik an Neo klasik. Sebagai contoh nya : Robert Solow mengemukakan pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian tekonologi modern dan hasil / output. Dan masih banyak lagi tokoh – tokoh yang mengemukakan pertumbuhan ekonomi dalam arti yang berbeda – beda.
Pertumbuhan ekonomi pada zaman sekarang ini berdampak pada kehidupan penduduk suatu negara. Semuanya ini berpengaruh pada kesejahteran rakyat banyak. Oleh karena itu negara terus memajukan pendapatan negara dengan menaikkan harga – harga kebutuhan pokok seperti minyak yang katanya bisa menjadikan lebih baik tingkat perekonomian kita.
2. Saran
Dengan demikian dapat kita sarankan kepada pemerintah dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Beberapa negara sedang berkembang mengalami ketidak stabilan sosial, politik, dan ekonomi. Ini merupakan sumber yang menghalangi pertumbuhan ekonomi. Adanya pemerintah yang kuat dan berwibawa menjamin terciptanya keamanan dan ketertiban hukum serta persatuan dan perdamaian di dalam negeri. Ini sangat diperlukan bagi terciptanya iklim bekerja dan berusaha yang merupakan motor pertumbuhan ekonomi.
2. Ketidakmampuan atau kelemahan setor swasta melaksanakan fungsi entreprenurial yang bersedia dan mampu mengadakan akumulasi kapital dan mengambil inisiatif mengadakan investasi yang diperlukan untuk memonitori proses pertumbuhan.
3. Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil akumulasi kapital dan investasi yang dilakukan terutama oleh sektor swasta yang dapat menaikkan produktivitas perekonomian. Hal ini tidak dapat dicapai atau terwujud bila tidak didukung oleh adanya barang-barang dan pelayanan jasa sosial seperti sanitasi dan program pelayanan kesehatan dasr masyarakat, pendidikan, irigasi, penyediaan jalan dan jembatan serta fasilitas komunikasi, program-program latihan dan keterampilan, dan program lainnya yang memberikan manfaat kepada masyarakat.
4. Rendahnya tabungan-investasi masyarakat (sekor swasta) merupakan pusat atau faktor penyebab timbulnya dilema kemiskinan yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Seperti telah diketahui hal ini karena rendahnya tingkat pendapatan dan karena adanya efek demonstrasi meniru tingkat konsumsi di negara-negara maju olah kelompok kaya yang sesungguhnya bias menabung.
5. Hambatan sosial utama dalam menaikkan taraf hidup masyarakat adalah jumlah penduduk yang sangat besar dan laju pertumbuhannya yang sangat cepat. Program pemerintahlah yang mampu secara intensif menurunkan laju pertambahan penduduk yang cepat lewat program keluarga berencana dan melaksanakan program-program pembangunan pertanian atau daerah pedesaan yang bisa mengerem atau memperlambat arus urbanisasi penduduk pedesaan menuju ke kota-kota besar dan mengakibatkan masalah-masalah social, politis, dan ekonomi.
6. Pemerintah dapat menciptakan semangat atau spirit untuk mendorong pencapaian pertumbuhan ekonomi yang cepat dan tidak hanya memerlukan pengembangan faktor penawaran saja, yang menaikkan kapasitas produksi masyarakat, yaitu sumber-sumber alam dan manusia, kapital, dan teknologi;tetapi juga faktor permintaan luar negeri. Tanpa kenaikkan potensi produksi tidak dapat direalisasikan.
No comments:
Post a Comment